I. PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang
Ikan
gurami (Osphronemus gouramy)
merupakan salah satu jenis air tawaryang mempunyai nilai ekonomis tinggi,
karena harga jual dipasaran paling baik bila dibandingkan ikan air tawar
lainnya dan fluktualis harganya pun relatif stabil. Sebagai bahan pangan,
daging ikan gurami mengandung gizi yang baik, rasa dagingnya lezat dan gurih
serta tektur tubuhnya tidak lembek.
Ikan gurami banyak dijumpai disungai,
rawa telaga, dan kolam berair tawar. Beberapa keunnikan ditemui pada ikan ini
adalah sifatnya yang suka membuat sarang untuk bertelur. Selain itu, gurami
memiliki labirin sebagai alat pernapasan tambahan yang berbentuk selaput dan
berkelok-kelok, yang berfungsi untuk mengambil oksigen secara langsung dari
udara.
Ikan gurami secara alamiah melakukan
pemijahan pada musim kemarau. Bila dipelihara dikolam, ikan gurami tidak perlu
menuntut persyaratan lingkungan hidup yang rumit, sehingga dapat dipelihara
dikolam sederhana atau dikolam pekarangan yang berperairan sedikit. Ransum
makanannya sebagian besar berupa daun-daunan lunak yang mudah diperoleh di
sekitar lingkungan pemukiman. Beberapa kemudahan tersebut merupakan keunggulan
tersendiri dibandingkan dengan ikan jenis air tawar lainnya. Karena biaya
pemeliharaan, terutama pemberian pakan yang berupa daun-daunan, relatif murah
dan mudah didapat. Ikan gurami juga didapat. Ikan gurami juga memiliki
ketahanan tubuh yang baik berbagai macam penyakit, lebih-lebih bila lingkungan
pemeliharaan diperhatikan.
Hampir setiap orang mengenal ikan
gurami. Penampilannya tenang, geraka renangnya pelan dan sekali-kali muncul
dipermukaan air atau mendekat ke arah orang yang sedang berada dipinggir kolam.
Dengan tingkah laku demikian, banyak orang yang tertarik terhadap ikan gurami
dan memeliharanya. Baik dalam skala besar maupun skala kecil. Pertumbuhan ikan
ini sangat lambat. Hal ini terkait denga faktor keadaan, kebiasaan makan, dan
lingkungan hidup yang spesifik. Kematangan kelamin mulai terjadi sekitar dua
tahun. Lamanya pertumbuhan ini banyak membuat para petani menjadi kurang
berniat untuk membudidayakannya. Namun, beberapa tahun kemudian ini, ikan ini
menjadi primadona ikan konsumsi air tawar yang memiliki nilai ekonomis yang
tinggi, disamping karena rasanya lezat dan empuk serta mudah dalam
pemeliharaannya.
Kemudahan pemeliharaan tentu harus
didukung dengan pengetahuan petani ikan dalam mengelola pembudidaya gurami.
Pengetahuan akan permasalahan-permasalahan dan cara penanganannya sangat
penting diketahui agar hasil produksi yang diharapkan tercapai.
Usaha ikan gurami sangat
menguntungkan karena perdagangan ikan sudah bisa dimulai sejak dari telur di
dalam sarang, benih berukuran kecil atau pun besar, sebagai indukan atau sebagai
ikan gurami konsumsi. Bahkan sekarang telah dijual jenis ikan gurami untuk ikan
hias ditaman atau di akuarium.
Dari berbagai keunggulan diatas maka
dalam Prakek Kerja Lapang III (PKL III) penulis tertarik untuk mengambil judul
tentang teknik pembenihan ikan gurami (Osphronemus
gouramy) di Usaha Bapak Andi Karang Kalasan Kabupaten Sleman Yogyakarta.
1.2. Tujuan
Tujuan dari Praktek Kerja
Lapang III (PKL III) ini adalah:
1. Untuk mendapatkan pengetahuan dan keterampilan tentang teknik
pembenihan ikan gurami (Osphronemus gouramy) yang dilaksanakan Usaha
Milik Bapak Andi Kecamatan Karang
Kalasan Kabupaten Sleman Yogyakarta.
2. Mengetahui biaya – biaya
yang di keluarkan dan yang di hasilkan dari proses pembenihan ikan gurami.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Biologi Ikan Gurami
Kebanyakan orang telah mengenal,
menangkap atau memakan gurami. Tetapi
kebanyakan dari mereka sebenarnya belum mengetahui segala sesuatunya tentang
jenis ikan itu sendiri. Hal ini memang tidak mengherankan, sebab publikasi
mengenai ikan gurami relatif sedikit dibandingkan dengan jenis ikan lain,
seperti ikan mas, udang atau pun ikan lele.
Kenyataan terlihat dari banyaknya nama
yang diberikan kepada ikan gurami. Setiap daerah memberi nama tersendiri. Di
Jakarta dan Jawa Barat disebut ikan gurame.
Di Jawa Tengah dan Yogyakarta orang menyebutnya gurameh atau grameh. Sedangkan
di Sumatera Barat dikenal sebagai ikan kalui. Bahkan banyak pula yang menyebutnya
ikan kali, karena asalnya dari kali
(sungai) dan rawa-rawa. (Puspowardoyo dan Djarijah 1992).
2.1.1. Klasifikasi
Menurut Suryani (2006), ikan gurami
diklasifikasikan sebagai berikut :
kelas : Pisces
Sub
kelas : Teleostei
Ordo : Labyrinthici
Subordo : Anabantoidae
Famili : Anabantidae
Genus : Osphronemus
Spesies : Osphronemus gouramy
2.1.2.
Morfologi
Menurut
Suryani (2006), morfologi pada ikan gurami, yaitu:
·
Bibir
bawah terlihat menonjol sedikit dibandingkan bibir atas.
·
Ujung
mulut dapat disembulkan sehingga tampak monyong.
·
Tubuhnya
pipih dan agak panjang.
·
Bagian
dahi gurami dewasa terdapat tonjolon mirip cula.
·
Tonjolan
ini tidak ditemukan pada gurami anakan atau gurami muda.
·
Mulutnya
kecil, letaknya miring, tidak tepat di bawah ujung moncong.
·
Sisik
gurami berukuran besar dan bagian tepinya tidak rata (kasar).
·
Pada
gurami anakan terdapat ciri khas berupa garis-garis hitam yang melintang di
tubuh.
·
Ketika
mudah warna punggung gurami biru kehitaman, bagian perutnya berwarna putih
·
Ketika
dewasa bagian punggungnya berubah menjadi kecoklatan dan bagian perutnya
menjadi keperakan.
·
Warna
dan perilaku gurami muda lebih menarik dibandingkan gurami dewasa.
·
Di
dekat pangkal ekor gurami muda terdapat totol bulat berwarna hitam dan gerakan
lincah.
·
Oleh
karna itu ikan gurami pada saat muda dijadikan ikan hias.
Panjang gurami dewasa dapat mencapai 65 cm dan berat 10kg. Secara alami
pertumbuhan paling pesat terjadi saat mencapai umur 3-5 tahun. Gurami mempunyai
alat alat pernapasan tambahan berupa lipatan-lipatan epithelium yang disebut
labirin. Labirin adalah insang yang berfungsi sebagai alat pernapasan yang
membuat gurami dapat mengambil oksigen secara langsung dari udara. Alat
pernapasan tambahan ini merupakan turunan dari lembar insang pertama. Dengan kemampuannya
ini gurami dapat hidup di air yang kandungan oksigennya terbatas.
Gambar
1. Ikan Gurami. Sumber. Suryani (2006)
2.2
Persayaratan Lokasi
·
Menurut
Brotoadji (2011), Tanah yang baik untuk kolam pemeliharaan adalah jenis tanah
liat/lempung tidak berporos dan cukup mengandung humus. Jenis tanah tersebut
dapat menahan massa air yang besar dan tidak bocor sehingga dapat dibuat
pematang/dinding kolam.
·
Kemiringan
tanah yang baik untuk pembuatan kolam berkisar antara 3-5% untuk memudahkan
kolam secara gravitasi.
·
Ikan
gurami dapat tumbuh normal, jika kolam pemeliharaan berada pada ketinggian
50-400 m dpl.
·
Kualitas
air untuk pemeliharaan ikan gurame harus bersih dan dasar kolam tidak
berlumpur, tidak terlalu keruh dan tidak tercemar bahan-bahan kimia beracun,
dan minyak limbah pabrik.
·
Kolam
dengan kedalaman 70-100 cm dan system pengairannya yang mengalir sangat baik
bagi pertumbuhan dan perkembangan fisik ikan gurame. Untuk pemeliharan secara tradisiional pada
kolam khusus, debit air yang diperkenalkan adalah 3 liter/detik, sedangkan
untuk pemeliharaan secara polikultur, debit air yang ideal adalah antara 6-12 liter/detik.
·
Keasaman
air (pH) yang baik antara 6,5 - 8.
·
Suhu
air yang baik berkisar antara 24 - 28 derajat C.
2.2.1
Pembutan Kolam Pemeliharaan Benih
Kolam pembenihan sebaiknya terbuat dari tanah liat
atau lempung berpasir serta tidak berbatu.
Menurut
AgroMedia (2008), luas kolam pembenihan tidak lebih dari 50-100 meter persegi
dengan kedalaman air 30-50 cm. Kepadatan kolam sebaiknya 5-50 ekor per meter
persegi. Lama pemeliharan benih di kolam pendederan 3-4 minggu. Pada saat itu,
benih ikan berkuran 3-5 cm.
2.2.2.
Sumber Air
Menurut Sunarya (2007), kualitas air untuk budidaya
gurami harus memiliki persyaratan yang baik. Air yang buruk dapat menyebabkan
ikan mudah terserang penyakit.
·
Kandungan
oksigen yang baik pada budidaya ikan gurami secara intensif minimum 4 mg/liter
air sementara kandungan karbon dioksida sebaiknya kurang dari 5 mg/liter air.
·
Derajat
keasaman (pH) merupakan ukuran konsentrasi ion hydrogen yang menunjukkan
suasana asam atau basa. Kolam pemeliharan gurami ideal memiliki pH netral
antara 6,5-7,5. Alat yang digunakan untuk mengukur derajat keasaman air yaitu
kertas lakmus atau pH meter. Batas konsentrasi kandungan amoniak yang dapat
menyebabkan kematian gurami adalah 0,1-0,3 mg/liter air.
·
Kecerahan
pada suatu perairan merupakan salah satu indikator bahwa perairan tersebut memenuhi
syarat untuk digunakan sebagai media budidaya
gurami walaupun hal tesebut tidak mutlak. Kecerahan air yang optimal
berkisar 25-30 cm.
·
Suhu
yang ideal bagi pertumbuhan gurami adalah 24-300 C.
2.3
Persyaratan Induk Yang Baik
Menurut
Puspowardoyo dan Djarijah (1992), sebenarnya
induk yang baik merupakan warisan keturunan. Akan tetapi untuk menentukan induk
gurami yang baik dan unggul dapat diketahui dengan syarat sebagaimana Tabel 1.
Tabel 1. Persyaratan induk yang baik
Jantan
|
Betina
|
|
·
Berumur
antara 3-7 tahun
·
Semakin
bertambah umur, semakin banyak
mengeluarkan telur.
·
Perut
akan membulat dan relatif panjang
dengan warna badan terang.
·
Sisiknya
diusahakan tidak cacat atau hilang dan masih dalam keadaan tersusun rapi.
·
Perut
akan membesar kebelakang atau di dekat lubang dubur.
·
Pada
anus atau dubur akan tampak putih atau kemerah-merahan.
·
Bila
diraba perutnya, akan terasa lembek.
|
Sumber: Puspowardoyo dan
Djarijah (1992)
2.4
Persiapan Sarana Pemijahan
2.4.1
Persiapan media pemijahan
Menurut Sunarya (2007), untuk menjadi tempat hidup sekaligus
untuk melangsungkan perkembangbiakan yang disukai gurami, kolam yang disediakan
untuk pemijahan harus dipersiapkan dengan baik antara lain sebagai berikut:
a.
Kolam
pemijahan
Menurut
ArgoMedia (2008), kolam untuk pemijahan membutuhkan suasana yang layak, agar
gurami dapat hidup lebih leluasa dan senang berpijah. Luas kolam minimal 20 m2,
maksimum 1000 m2 kedalaman kolam 1-1,5m. Kolam pemijahan sebaiknya
di bangun dekat dengan kolam induk, sehingga memudahkan proses pemindahan
induk.
Kualitas air kolam pemijahan yang baik
bersuhu 25-300 C, nilai pH 6,5-8,0 laju pergantian air 10-15 % per
hari, dan ketinggian air kolam 40-60 cm. Kolam pemijahan tidak boleh mengandung
banyak lumpur.
b. Persiapan sarang
Telah
diketahui ikan gurami dalam melakukan pemijahan selalu membangun sarang
terlebih dahulu. Oleh sebab itu perlu disediakan tempat dan bahan-bahan yang
diperlukan untuk membuat sarang. Untuk membuat kerangka sebagai tempat merajut
sarang bisa disediakan ranting-ranting pohon atau anyaman bambu berbentuk
kerucut. Selain itu bisa juga dengan membuat lubang-lubang berbentuk bulat
disisi pematang. Lingkaran lubang antara 30-40 cm dan dalamnya 35 cm. Banyaknya
kerangka atau lubang disesuaikan dengan jumlah induk betina. Tetapi
kadang-kadang gurami membangun sarang pada gerombol - geromboll rerumputan
disisi pematang. Penempatan kerangka atau lubang - lubang ± 25-30 cm
dibawah permukaan air. Kedudukan kerangka bambu dapat dibuat sedemikian rupa
supaya bisa mengikuti naik turunnya permukaan air dan mulutnya menghadap ke
atas kira-kira 450. Jarak pemasangan antara lubang dengan kerangka
yang satu dengan yang lainnya 3-5 m.
Bahan
sarang dapat menggunakan ijuk, sabut kelapa yang di bersihkan atau serat
tanaman lain. Penempatan bahan sarang biasanya disudut-sudut kolam yang disogok-
sogokkan diatas para-para atau rak bambu atau dijepit secara longgar dengan
bilah bambu. Banyaknya bahan sarang untuk membuat sebuah sarang ukuran sedang
antara 1-1,5 kg berat kering.
2.4.2 Pemilihan Induk Siap Pijah
Menurut ArgoMedia (2008), ciri induk yang siap dipijah
adalah adanya benjolan di kepala bagia atas, rahang bawah yang tebal, dan tidak
adanya kelopak bintik hitam pada kelopak sirip dada. Warna tubuh merah
berbintik hitam terang dengan perut membentuk sudut tumpul. Sedangkan induk
betina yang siap pijah ditandai dengan bentuk kepala bagian atas dasar, rahang
bawah tipis, dan adanya bintik hitam pada kelopak sirip dada. Warna tubuhnya
lebih terang dari pada induk jantan dan bentuk perutnya besar bulat.
Ciri
lainnya adalah kelamin induk betina akan mengeluarkan telur berwarna putih jika
perut ditekan ke arah kelamin. Sedangkan induk jantan yang sudah matang akan
mengeluarkan sperma berwarna putih. Cara mudah untuk menentukan matang gonad
induk jantan adalah dengan melihat tingkah lakunya yang selalu beriringan
bersama induk betina dan mulai membuat sarang dari rumput kering. Sementara
itu, kematangan gonad betina dapat dilihat dari perut yang membesar dan terasa
lunak saat diraba.
Menurut
Sitanggang dan Sarwono (2005), sebenarnya induk ikan yang baik merupakan
warisan keturunan, tetapi ciri-ciri induk yang baik tersaji pada Tabel 2.
Tabel 2. Ciri-ciri induk yang baik
Jantan
|
Betina
|
|
|
Sumber : Sitanggang dan Sarwono (2005)
2.5 Proses
Pemijahan dan Penetasan Telur
Menurut
Sitanggang dan Sarwono (2005), dalam setahun, seekor ikan gurami rata-rata
dapat dipijahkan dua kali. Pemijahan ini tidak mungkin dipercepat agar telur
cukup umur dan tidak gagal menetas nantinya. Induk-induk bermutu baik dapat
diternakkan 10 kali berturut-turut dalam 5 tahun.
Ketika
berpijah gurami selalu meletakkan telur pada sarang yang dibuat oleh induk
jantan. Pemijahan gurami dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu pemijahan
campuran dan pemijahan khusus, perbedaan antara dua cara ini teletak pada
jumlah iduk yang digunakan, luas kolam yang dipakai dan peredaran usahanya.
·
Pemijahan
campuran untuk seekor induk gurami betina membutuhkan 10 m2 luas
kolam dengan pendederan usaha ± 4 bulan. Tiap peredaran usaha diperlukan
perbandingan induk satu jantan dan tiga betina.
·
Pemijahan khusus, seekor betina membutuhkan 20 m2 kolam dengan peredaran usahanya ±3 bulan sejak
pemijahan sampai menjadi benih. Tiap peredaran usaha diperlukan perbandingan
untuk satu induk jantan dengan dua induk betina.
Menurut
Puspowardoyo dan Djarijah (1992), satu atau dua hari setelah sarang dibangun,
dengan posisi miring induk betina akan melepaskan telur-telurnya kedalam sarang
lewat lubang kecil yang telah dibuat.
Bersamaan dengan itu, sambil mengendus-endus bagiian
perut betina, induk jantan akan menyemprotkan sperma.
Proses terjadinya pembuahan sel telur oleh sperma.
Ø Proses terjadi tengah malam sampai pagi hari. Telur yang
terbuahi berwarna kuning kemerah-merahan sementara yang tidak dibuahi berwarna
kuning keputih-putihan dan membusuk.
Ø Setelah proses pembuahan selesai, induk jantan akan
menutup lubang sarang dengan jaringan khusus.
Ø
Kemudian
induk jantan segera pergi dan mencari pasangan baru untuk berpijah lagi. Sedangkan induk
betina akan merawat dan menjaga telur dari sarangnya sambil mengipas-ngipaskan
ekornya dilubang sarang.
Selama pemijahan berlangsung induk tetap diberi makanan
tambahan terutama daun talas dan pellet dalam jumlah sedikit. Dengan pemberian pakan
yang baik, induk-induk tersebut akan memijah kembali setelah 20-30 hari.
Menurut
Puspowardoyo dan Djarijah (1992), telur gurami yang telah terkumpul dalam
sarang diangkat perlahan-lahan untuk ditetaskan dalam tempat penetasan.
Pengambilan telur dari sarang sebaiknya dilakukan pada pagi hari setelah malam
harinya induk gurami memijah (paling lama 3 hari setelah pemijahan). Kalau
terlambat ada kemungkinan telur sudah menetas sehingga sulit pengambilannya dan
kadang banyak benih yang baru menetas mati.
Sarang yang
baru diambil langsung dimasukkan kedalam tempat penetasan yang sebelumnya telah
diisi dengan air bersih dan jernih setinggi 50 cm. Sarang dibuka dalam air
perlahan-lahan agar tidak terjadi kerusakan. Selapis demi selapis sarang
dilepas dengan cara mencabut anyaman penguat sarang. Kemudian telur dikeluarkan
dari ijuk dan dimasukan dalam paso dan telur dibersihkan atau dipisahkan dari
kotoran-kotoran yang menempel. Telur yang baik dan bakal menetas akan berwarna
kuning mengkilap dan telur yang tidak baik berwarna putih susu atau keruh.
Telur yang diambil atau dipisahkan dari lemak dan telur yang tidak baik serta
dari kotoran lainnya.
2.6
Pemeliharaan Larva
Menurut
ArgoMedia (2008), .Setelah telur menetas, larva dapat dipelihara di
corong penetasan sampai umur enam hari. Jika penetasan dilakukan di akuarium,
pemindahan larva tidak perlu dilakukan. Selama pemeliharaan pergantian air
akuarium perlu dilakukan untuk membersihkan air dari minyak yang dihasilkan
saat penetasan. Untuk larva yang sudah diberi makan, penggantian air dilakukan
ketika sudah banyak kotoran dari sisa makanan dan kotoran ikan. Kualitas air
sebaikya dipertahankan pada suhu 29-300 C dan pH 6,5-8,0.
Atap
ruangan pemeliharaan larva sebaiknya menggunakan bahan berwarna cerah, tetapi
jangan terlalu tembus cahaya matahari karena dapat mengganggu kehidupan larva.
Pakan mulai di berikan saat larva berumur 5-6 hati. Pada 3 hari pertama, larva
masih memiliki cadangan makan berupa kantong sisa kuning telur, sehingga belum
perlu diberi makan. Pakan yang di berikan pada larva biasanya cacing sutra
kering, artemia, dan kutu air berupa moina atau daphnia.
Frekuensi
pemberian 4-5 kali sehari, sebanyak 2 sendok makan untuk 100 ekor larva pada
setiap pemberian. Setelah semakin besar selanjutnya dipelihara hingga menjadi
benih yang siap ditebarkan ke kolam pemeliharaan benih dapat dilihat pada Tabel
3.
Tabel 3. Jenis Makanan Ikan Gurami
Berdasarkan Umur ikan
Umur
|
Jenis
makanan
|
10 hari
1,5 bulan (1 cm)
1,5-3,5 bulan (2-3 cm)
3,5-8
bulan (5-8 cm)
8
bulan sampai setahun lebih
|
Makanan
berupa zat putih telur yang ada pada pundi-pundi tubuh larva
Makanan
hewani (rayap, ulat, telur, semut merah, ulat dedak halus, kuning telur yang
direbus)
Makanan
hewani, tumbuhan halus, paku air, bungkil
halus
Tumbuhan-tumbuhan
halus, dedak dan pellet
Pellet, daun-daunan, ampas-ampasan
dan dedak
|
Sumber : Sitanggang (1990)
2.7.
Pendederan
Menurut ArgoMedia (2008), kegiatan pendedera meliputi
pemeliharaan benih berukurann 10-15 gr/ekor sampai ukuran 150 gr/ekor. Bobot
gurami sebesar ini biasanya di capai saat benih berumur enam bulam dari
penetasan telur. Ada juga pendederan yang mulai dari ukuran yang lebih besar,
yakni 15-30 gr/ekor, tetepi ada juga yang mendederkan benih ikan gurami dari
larva atau ketika seukuran biji oyong.
a. Pendederan Berjenjang
Pendederan
berjenjang adalah pendederan yang dlakukan ditempat terbuka seperti di rawa
atau di kolam pendederan. Pendederan berjenjang dilakukan pada benih ukuran
10-15 gr/ekor yang dalam waktu singkat dapat di panen dengan bobot 150 gr/ekor.
Ketentuan dalam melakukan pendederan sistem berjenjang
·
Pendederan I dilakukan
ketika gurami berbobot 10-15 gr/ekor.
·
Pendederan II dilakukan
ketika gurami berbobot 15-30 gr/ ekor.
·
Pendederan III dilakukan
ketika gurami mencapai bobot 30-50 gr/ekor.
·
Pendederan IV dilakukan
ketika gurami sudah berbobot 150 gr/ekor.
b.
Pendederan Jaring Apung
Pendederan jaring apung dapat
dilakukan di danau dan waduk atau rawa.
Jaring apung dibuat
berbentuk bujur sangkar dengan ukuran 1 x 1 x 1 m3. Bagian
atas jaring apung berada sekitar 30 cm di atas permukaan air, sedangkan bagian
bawahnya terendam sekitar 40 cm. Benih yang di tebar biasanya sudah berukuran
50 gr/ekor. Padat tebar pendedran dengan jaring apung ini mencapai 100-200
ekor/m2.
2.8
Pengendalian Hama dan Penyakit
Menurut ArgoMedia (2008), penerapan manajemen perkolaman yang baik harus
dilakukan agar ikan tetap sehat dan tumbuh baik selama pemeliharaan sehingga
akan memberikan hasil yang memuaskan. Kegagalan produksi banyak disebabkan oleh
penyiapan lahan yang kurang sempurna, rendahnya mutu benih, serta manajemen
pengelolahan kolam yang kurang memadai.
Menurut
ArgoMedia (2008), ada dua kelompok besar yang dapat menyebabkan ikan terserang
penyakit. Pertama penyakit akibat gangguan jasad hidup atau biasa disebut
dengan penyakit parasiter. Kedua, penyakit yang bukan disebabkan oleh jasad
hidup, tetapi lebih disebabkan oleh faktor fisika dan kimia perairan yang
disebut penyakit non parasiter.
Penyakit
parasiter disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, dan berbagai organisme
lainnya. Bila ikan terkena parasit dapat dikenali sebagai berikut :
·
Penyakit
pada kulit, pada bagian-bagian tertentu berwarna merah, terutama bagian dada,
perut, dan pangkal sirip. Warna ikan menjadi pucat dan tubuhnya berlendir.
·
Penyakit
pada insang, tutup insang mengembung. Lembaran insang menjadi pucat,
kadang-kadang tampak serabut merah dan kelabu.
·
Penyakit
pada organ dalam, perut ikan membengkak, sisik berdiri. Kadang-kadang
sebaliknya, perut menjadi sangat kurus, ikan menjadi sangat lemah dan mudah
ditangkap.
2.9
Panen dan Pascapanen
Panen dan
pascapanen merupakan rangkaian terakhir dari kegiatan usaha budidaya gurami.
Panen dan pascapanen memegang peranan penting dan menentukan di dalam
keberhasilan usaha. Panen bukan berarti terhentinya penjagaan kualitas ikan.
Kualitas ikan juga ditentukan pada saat panen. Pemanenan benih yang baik
menghasilkan gurami berukuran benih dan ukuran konsumsi yang layak jual.
Menurut
Sunarya (2007), setelah ikan dipanen selanjutnya ikan diangkut. Sistem
pengangkutan ikan terdiri dari dua macam, yaitu pengangkutan terbuka dan
tertutup sesuai dengan wadah yang digunakan untuk pengangkutan. Pada
pengangkutan terbuka, ikan-ikan yang diangkut dapat mengambil oksigen secara
langsung dari udara. Pengangkutan ini untuk pengangkutan jarak dekat dengan
kepadatan rendah karena keterbatasan wadah, dimana yang biasa digunakan adalah
drum plastik. Sedangkan pengangkutan tertutup, ikan dapat diangkut dengan
kepadatan tinggi, wadah yang digunakan lebih banyak memakan tempat, dapat
digunakan untuk mengangkut jarak jauh, dan waktu pengangkutan lebih lama.
Pengangkutan ini menggunakan kantong plastik dan dimasukan dalam stereofoam.
|
III. METODOLOGI
3.1. Tempat
dan Waktu PKL
Praktek Kerja Lapang III (PKL III) ini dilaksanakan di Usaha Milik Bapak Andi Kecamatan Karang Kalasan Kabupaten Sleman Yogyakarta.
Rencana kegiatan selama PKL III dapat dilihat pada Lampiran 1.
3.2. Metode Penelitian
Metode yang
digunakan pada Praktek Kerja Lapang III (PKL III) adalah metode survey dengan sistem magang.
Menurut Nasir (1988), yang dimaksud dengan metode survey adalah penyelidikan yang dilakukan untuk
memperoleh fakta-fakta dan mencari fakta secara faktual. Dalam PKL III ini
fakta atau data yang dicari yaitu tentang bagaimana proses pelaksanaan teknik pembenihan ikan gurami (Osphronemus
gouramy)). Sedangkan untuk memperoleh keterampilan digunakan
sistem magang. Magang merupakan kegiatan untuk berlatih bekerja bagi mahasiswa
di suatu instansi atau perusahaan,
system magang adalah suatu belajar mengajar dalam bentuk praktek secara
langsung di tempat yang digunakan untuk magang yang bertujuan untuk
meningkatkan keterampilan dan kecakapan dalam membuat kreativitas, sikap
kritis, rasa percaya diri dan jiwa kewiraswastaan.
3.3. Sumber Data
Data yang
dikumpulkan pada Praktek Kerja Lapang III (PKL III) ini adalah data primer dan data sekunder. Menurut
Narbuko dan Achmadi (2001),
pengertian data primer dan data sekunder adalah :
a. Data
primer adalah data yang diperoleh
secara langsung dari masyarakat atau langsung dari sumber di tempat PKL. Dalam
PKL ini, data primer yang akan diperoleh berupa data mengenai teknik pembenihan ikan gurami, persiapan air dan perlakuannya dilihat dari segi
kimia, fisika, dan biologi monitoring
parameter kualitas air dan pemasaran hasil.
b. Data
sekunder adalah data atau
informasi yang diperoleh secara tidak langsung dari sumbernya, bias dari literatur di perpustakaan. Data
sekunder
yang akan diambil adalah keadaan umum lokasi, data tentang jumlah petakan kolam dan
fasilitas, data tentang struktur organisasi,
denah lokasi, peta lokasi.
3.4. Metode
Pengumpulan Data
Menurut Narbuko dan Achmadi (2001),
metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode observasi dan wawancara. Pengertian
observasi dan wawancara adalah :
a. Observasi
adalah pengumpulan
data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematis
gejala-gejala yang diamati. Jenis
observasi yang digunakan adalah observasi partisipasi dimana penulis
yang melakukan observasi turut ambil bagian atau berada dalam obyek yang di
observasi.
b. Wawancara adalah proses tanya jawab dalam penelitian yang
berlangsung secara lisan, dilakukan oleh dua orang atau lebih, bertatap
muka,mendengarkan secara langsung informasi dan keterangan. Dalam pelaksanaan
wawancara, jenis data yang ditanyakan berupa :
v Persiapan
media
v Proses
Pemijahan
v Keadaan
umum lokasi
v Aspek
sosial ekonomi
Daftar
pertanyaan dapat dilihat pada Lampiran 2.
3.5. Metode
Pengolahan dan Analisa Data
Menurut Narbuko dan
Achmadi (2001), data primer dan data sekunder yang dikumpulkan akan
dilakukan pengolahan data melalui :
1. Editing adalah pemeriksaan kembali data yang telah
terkumpul untuk mengetahui apakah semua data sudah sesuai dengan yang
diharapkan.
2.
Tabulating
adalah penyusunan data yang
berbentuk tabel untuk keperluan mempermudah
analisis data. Adapun
tabel mengenai pembenihan ikan gurami dapat dilihat pada Lampiran 3.